Corona belum juga selesai, aksi premanisme pun masih terjadi. Belum lama bebas bersyarat, JK atau John Kei kini harus menghadapi kembali kasus hukum. Jadi teringat beberpa bulan lalu masalah aksi anarki dari para demonstran penolakan omnibus law yang saat itu sangat chaos. Kekerasan diduga oleh para oknum-oknum yang didukung para penguasa. Kok ingin menyelesaikan kekerasan tapi dengan kekerasan juga !
Melihat kejadian seperti ini,
tentu saja sangat miris jika sampai negara ini banyak kasus-kasus perdata
diselesaikan dengan gaya premanisme. Dan sangat memalukam jika aksi premanisme
ini makin tumbuh subur di negeri yang dikenal dengan negara hukum, di bawah
naungan Pancasila dan UUD 1945. Jangan sampai terjadi. Karena itu, masyarakat
yang mendambakan hidup tenteram dan damai serta berkeadilan sosial, wajib
mendukung pernyataan Kapolri Idham Aziz dalam membasmi aksi-aksi kriminal dan
atau premanisme bahkan mafia.
Maka sangat betul dan
masyarakat wajib mendukung pernyataan Kapolri, bahwa negara tidak boleh kalah
dari preman. Pernyataan ini cukup beralasan dan sesuai fakta. Selama ini
aksi-aksi premanisme dan adanya oknum yang bermain, membuat premanisme tumbuh
subur di negeri ini pada masa-masa yang lalu.
Soal premanisme yang masih ada
sampai saat ini di negeri ini, sepertinya bisa ditelusuri akarnya darimana.
Setelah Soekarno dijatuhkan, bermunculanlah oknum-oknum pejabat bermental rakus
yang mesra dengan oknum pengusaha yang juga rakus. Maka tak heran kalau dulu
klub-klub hiburan malam selain dijaga premanisme juga ada backing dari oknum
aparat. Dan cerita ini sudah lumrah di zaman itu. Nah, kondisi ini menciptakan
generasi mental-mental preman. Anak-anak yang semasa kecilnya begitu polos dan
sering dibully hingga suka berantem, tumbuh dewasa menjadi preman bahkan ada
yang jadi mafia hanya dengan menggunakan kekuatan pikiran yang licik.
Meskipun demikian, kadang ada
juga Preman atau Mafia yang terlibat aksi kemanusiaan, itu kadang hanya sebuah
cara untuk mengobati kerusakan mentalnya, dan oleh orang lain dinilai sudah
bertobat. Karena bagaimana pun bejatnya manusia, ada titik fitrah yang kadang
terketuk di dalam batinnya. Hanya saja, ketika kembali berhadapan dengan sebuah
kasus, disinilah dia harus bertarung dengan dirinya sendiri, atau melawan diri
sendiri. Jika tak mampu melawan dirinya maka ia pun kalah.
Semoga negeri ini bebas dari
bentuk-bentuk premanisme dan mafia yang hanya merusak negara. Apalagi kalau
mental-mental preman dan mafia masuk jadi pejabat tinggi, ini akan bisa
menenggelamkan Indonesia. Jadi waspadalah, wajib berjuang menggunakan akal
sehat.
0 Komentar